Karakteristik Fisik Gunung Api Indonesia
Indonesia terletak di cincin api Pasifik dan Mediterania sehingga banyak gunung api berdiri tegak di negara ini. Hampir 30% gunung api di dunia bermukim di Indonesia. Karakteristik fisik gunung api di Indonesia berbeda-beda namun secara umum bertipe intermediate karena ada di batas subduksi lempeng samudera dan lempeng benua.
Wilayah gunung api di Indonesia umunya dihuni penduduk karena tanahnya subur dan panorama yang indah. Vulkanolog Indonesia mencatat bahwa menurut sejarah letusannya, ada tiga tipe gunung api yaitu Tipe A (pernah erupsi setelah tahun 1.600), Tipe B (tercatat pernah meletus sebelum 1.600), dan tipe C (merupakan lahan solfatar dan fumarol).
Hasil kajian lanjutan terhadap gunung api itu memerlihatkan perbedaan karakteristik erupsi yang secara langsung berkaitan dengan potensi ancaman bahaya letusannya. Potensi ancaman bahaya erupsi ini sangat terkait dengan keadaan bentang alam puncak kawah-nya, tipe dan dinamika erupsi-nya. Bentuk gunung api juga berkaitan dengan sifat kuantitas dan kualitas magma yang dihasilkannya.
Kualitas magma dinyatakan dengan magma dan larutan magmatik yang tersisa saat pembekuan magma terjadi. Magma yang relatif encer biasanya bersifat basaltis dan akan membentuk aliran sedangkan yang kental cenderung membangun struktur kubah lava. Berikut ini daftar karakteristik gunung api di Indonesia menurut kajian geolog.
1. Erupsi Kaldera
Tipe ini berupa letusan besar dengan energi raksasa seperti Tambora dan Krakatau. Waktu yang diperlukan untuk mengulangi letusan ini. Letusan ini lebih bertipe Plinian dengan aliran piroklastik dalam jumlah besar. Erupsi Tambora pada 1815 menghasilkan endapan tefra atau jatuhan piroklastik mencapai 150 km kubik.
Aliran awan panas adalah ancaman paling besar dan merusak karena terjadi bersamaan dengan erupsi gunung api dan punya energi mekanik yang besar. Kekuatannya juga didukung oleh gaya gravitasi luncuran di lereng sehingga bisa mencapai kecepatan lebih dari 60 km per jam dengan suhu lebih dari 800 derajat C.
Kaldera Tambora |
2. Pasca Erupsi Kaldera
Setelah erupsi besar atau runtuhnya kawah gunung api purba maka kaldera akan terbentuk. Kegiatan vulkanik lanjutan akan diawali oleh berkembangnya kerucut lava atau scoria di dasar kaldera.
Pada dasarnya tipe erupsi ini adalah Stromboli atau Maar karena dapur magma sangat dangkal dengan sistem terbuka sehingga tidak ada akumulasi energi yang besar. Gunung Bromo di Kaldera Bromo merupakan salah satu fenomena kegiatan ini.
Pada dasarnya tipe erupsi ini adalah Stromboli atau Maar karena dapur magma sangat dangkal dengan sistem terbuka sehingga tidak ada akumulasi energi yang besar. Gunung Bromo di Kaldera Bromo merupakan salah satu fenomena kegiatan ini.
3. Lahar
Lahar merupakan istilah vulkanologi yang mengacu pada letusan Kelud di tahun 1919. Lahar dibagi menjadi lahar letusan dan lahar hujan. Adanya danau kawah menjadi bagian penting dari adanya potensi banjir lahar. Gunung Kelud dapat mewakili tipe letusan lahar karena punya danau kawah terbuka, begitu pula dengan Galunggung di Tasikmalaya.
Bentukkan ini memiliki ciri pipa kepundan yang relatif panjang dengan satu atau lebih kolam magma dengan ketinggian lebih dari 3.000 mdpl. Gunung strato punya volume pasokan magma dengan jumlah tertentu sehingga akan erupsi secara berkala atau periodik. Merapi mewakili tipe ini dengan ciri khas guguran kubah lava dengan lidah lava nya.
5. Kawah Tapal Kuda
Kawah ini terbentuk karena longsoran bagian kawah atau tubuh gunung api yang bisa dipicu erupsi magmatik, non magmatik atau tidak keduanya. Papandayan bisa mewakili tipe ini yang mengacu pad erupsi tahun 1772 dan 2002.
6. Pulau Vulkanik
Pulau vulkanik gunung api dan submarine canyon atau gunung api bawah laut memiliki potensi bahaya letusan besar seperti Krakatau atau Anak Krakatau. Gunung ini muncul akibat erupsi tipe Surtseyan di dasar lautan lalu muncul ke permukaan. Letusan stromboli juga berkembang dalam tipe pulau vulkanik. Erupsi longsoran besar juga dapat memicu tsunami.
Kesimpulan dari kajian karakteristik gunung api tadi maka potensi ancaman letusan gunung api di Indonesia dibagi ke dalam delapan tipe berikut:
- Gunung Tambora (letusan kaldera)
- Batur (pasca kaldera)
- Kelud (danau kawah)
- Papandayan (runtuhan dinding kawah)
- Merapi (guguran lava pijar)
- Agung (kawah terbuka)
- Sangeangapi (leleran lava)
- Anak Krakatau (pulau gunung api dan gunung api bawah laut)
Itulah karakter gunung api di Indonesia dan diharapkan dengan mengenali karakteristik tersebut, masyarakat bisa paham dan bersiap mengahadapi ancaman erupsi di kemudian hari.
Sumber: IndoPratomo, Jurnal Geologi Indonesia Desember 2006
pinterest, jelajahgarut.com